KOSPI Cetak Rekor Tertinggi Baru, Namun Euforia Hanya Milik Saham Teknologi Raksasa

Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) berhasil mencetak rekor tertinggi baru selama lima hari berturut-turut pada tanggal 16, dengan menembus level 3.440. Namun, di balik pencapaian gemilang ini, mayoritas investor justru merasakan kekecewaan karena portofolio mereka tidak menunjukkan kinerja positif. Fenomena ini disebabkan oleh reli yang sangat terkonsentrasi pada dua saham kelas berat, yaitu Samsung Electronics dan SK Hynix.

Dominasi Samsung dan SK Hynix Ciptakan Anomali Pasar

Meskipun KOSPI secara keseluruhan naik lebih dari 1%, data pasar menunjukkan gambaran yang timpang. Hingga pukul 14:00 pada tanggal 16, jumlah saham yang mengalami penurunan mencapai 589 emiten, lebih dari dua kali lipat jumlah saham yang naik sebanyak 283 emiten. Pertanyaan “Mengapa nilai akun saya turun saat KOSPI mencetak rekor?” pun menjadi keluhan umum di kalangan investor ritel.

Penyebab utama dari anomali ini adalah lonjakan signifikan pada dua saham raksasa yang memiliki bobot sekitar 25% dari total kapitalisasi pasar KOSPI. Samsung Electronics tercatat naik 3% ke level 78.900 won, mendekati level psikologis “80.000 won”. Sementara itu, SK Hynix meroket 5,8% hingga menembus harga 350.000 won. Aliran dana investor asing yang masuk secara masif terlihat sangat terkonsentrasi pada kedua saham ini, sehingga sentimen positif gagal menyebar secara merata ke saham-saham lainnya.

Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed Jadi Katalis Utama

Reli KOSPI dan arus modal asing ini tidak terlepas dari sentimen pasar global. Harapan pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan FOMC tanggal 16-17 September mendatang menjadi pendorong utama. Menurut data CME FedWatch, probabilitas penurunan suku bunga pada bulan September telah mencapai 100%, dengan 96% analis memprediksi pemangkasan sebesar 0,25 poin persentase.

Ekspektasi ini menyebabkan pelemahan dolar AS, yang tercermin dari penurunan Indeks Dolar (DXY) dari level 97,5 ke area 97,2. Selain itu, sentimen risiko di pasar juga membaik setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan melalui media sosial Truth Social bahwa negosiasi dagang AS-Tiongkok yang berlangsung pada 14-15 September berjalan “sangat baik”. Hal ini turut mendorong kenaikan di bursa Wall Street, di mana Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite ditutup di zona hijau.

Nilai Tukar Won Menguat dan Arus Modal Investor

Kombinasi antara pelemahan dolar AS dan derasnya aliran modal asing yang masuk ke bursa saham Korea mendorong penguatan signifikan pada mata uang won. Di pasar valuta asing Seoul pada tanggal 16, nilai tukar won terhadap dolar AS ditutup menguat 10,1 poin ke level 1.378,9. Ini adalah pertama kalinya nilai tukar menembus level 1.370 sejak 25 Juli.

Pada hari ini, investor asing menjadi motor penggerak utama KOSPI dengan melakukan pembelian bersih senilai 1,86 triliun won. Institusi lokal juga mencatatkan pembelian bersih sebesar 95,9 miliar won. Sebaliknya, investor ritel justru melakukan aksi jual besar-besaran dengan melepas saham senilai 1,97 triliun won.

Berbeda dengan KOSPI, indeks pasar kedua, KOSDAQ, justru ditutup melemah 0,1%. Di pasar ini, investor ritel menjadi pembeli utama dengan nilai 315,1 miliar won, sementara investor asing dan institusi masing-masing melakukan penjualan bersih senilai 239,5 miliar won dan 48,5 miliar won.